MIRACLE

keajaiban akan datang Malam dengan segala perhiasannya selalu saja terlihat indah tapi, kadang kabut datang dan meredupkan indahnya malam Pelangi yang mengiringi berlalunya hujan juga tak kalah indah tapi, lengkung pelangi itu hanya ada tuk beberapa waktu Demikian juga halnya cinta Tak selamanya keindahan yang hadiri tapi tak juga selalu kesedihan yang datang Ia adalah keajaiban Sang Pencipta sama dengan malam dengan keindahannya Ia adalah keajaiban dari atas yang telah melukiskan lengkung indah pelangi Maka, maknailah cinta sama seperti Dia telah menciptakannya untuk kita

keuangan keluarga kristen

27 Oktober 2010

Manajemen Keuangan Keluarga

money-2.jpg
Pdt. Poltak YP Sibarani, D.Th*
(www.poltakypsibarani.com)
KARENA hampir semua kebutuhan hidup keluarga dibeli dengan uang pada masa modern ini, maka mau tidak mau, keuangan keluarga pun harus diperhatikan keberadaannya secara seksama. Bila uang dalam keluarga tidak ditata dengan baik, maka akan muncul banyak masalah. Bahkan, tidak sedikit suami-isteri bercerai karena alasan keuangan. Di sinilah pentingnya manajemen keuangan dimiliki dan diterapkan dalam kehidupan keluarga. Manajemen memiliki pe-ngertian ‘mengatur’, ‘mengelola’, ‘menempatkan’, ‘menyusun’ dan beberapa pengertian yang sejenis. Tuhan Yesus menghimbau agar murid-murid-Nya memiliki kecer-dasan dalam menggunakan uang yang mereka miliki. Orang-orang percaya seharusnya lebih cerdas dalam menggunakan uang dari-pada orang-orang yang tidak percaya (lih. Luk. 16: 8). Mereka diingatkan Tuhan agar ‘mengikat persahabatan dengan memper-gunakan mamon (uang) yang tidak jujur selama mereka berada di dalam dunia ini (Luk. 16: 9). Tuhan mengatakan bahwa mamon memang tidak bersifat kekal dan tidak dapat menye-lamatkan jiwa, namun selama hidup di dunia ini, mamon harus benar-benar dipergunakan dengan efektif. “Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Luk. 16:10).
Dalam II Raja-Raja 4 ada sebuah kisah mengenai seorang janda yang miskin yang memiliki banyak utang. Karena utang yang sangat banyak itu, kedua anaknya harus ‘dijual’ sebagai budak untuk membayarnya. Ia datang kepada Nabi Elisa. Nabi Elisa berdoa baginya dan memberikan beberapa ‘perintah’. Perintah tersebut dikerjakan dengan baik oleh perempuan itu dan terjadilah mukjizat di mana dari sebuah buli-buli yang minyaknya tinggal sedikit, keluar sangat banyak minyak, hingga memenuhi banyak bejana. Setelah bejana-bejana tersebut penuh, ia tidak segera menggunakannya, namun kembali mendatangi Nabi Elisa sambil bertanya mengenai apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kemudian, Nabi Elisa membimbing perempuan tersebut untuk menjual minyak tersebut dan menggunakannya dengan tepat. Apa yang dilakukan oleh janda tersebut patut diteladani, yaitu bertanya kepada Tuhan agar dapat menggunakan uangnya dengan tepat.
Surat Yakobus berpesan agar ‘apabila seseorang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah yang selalu bersedia memberikannya dengan sukarela’ (Yak. 1:5). Berkat Tuhan bukan masalah jumlah tetapi bagaimana menggunakannya.

1. Pentingnya manajemen keuangan keluarga
Manajemen keuangan keluarga diperlukan untuk memperhatikan keluar-masuknya uang keluarga. Pada dasarnya mengatur ke-uangan keluarga berarti adanya keseimbangan antara penge-luaran dan pemasukan. Penem-patan atau pengalokasian keuangan harus dilakukan seefisien dan seproporsional mungkin. Pengeluaran keuangan dalam keluarga harus memper-hatikan mana yang lebih utama (skala prioritas), seperti bunyi sebuah peribahasa: ‘jangan lebih besar pasak daripada tiang’. Artinya, jangan lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan. Berkat Tuhan tidak pernah kurang bagi orang-orang percaya yang rajin bekerja dan selalu berharap kepada-Nya. Seringkali, karena berkat Tuhan tersebut tidak dikelola dengan baik, maka terjadilah krisis ekonomi dalam keluarga.
Suatu ketika ada bapak, yang adalah anggota sebuah gereja, mendatangi pendetanya sambil berkeluh-kesah begitu rupa. Ia memohon dengan sangat agar pendeta itu berdoa untuknya, karena ia sangat kebingungan tentang ekonomi keluarganya. Ia mengatakan bahwa di tempat ia berdagang (toko) terdapat banyak ‘tuyul’ dan ‘belalang pelahap’. Hal ini diindikasikan oleh kerugian yang ia selalu alami di mana setiap akhir bulan selalu rugi, padahal menurut pengakuan bapak tersebut, pelanggannya sangat banyak dan tidak seharusnya merugi. Si Pendeta heran dan segera berdoa dalam hatinya. Tuhan memberikan hikmat kepadanya untuk menanyakan beberapa hal sehubungan dengan cara-cara penyimpanan dan pengeluaran keuangan yang biasa dilakukan pedagang tersebut. Setelah sekian lama berbincang-bincang, akhirnya didapatkan kesimpulan bahwa sesungguhnya di dalam tempat usaha orang tersebut tidak ada ‘tuyul’ atau ‘belalang pelahap’.
Penyebab dari kekacauan keuangan pria tersebut adalah karena manajemennya yang tidak benar. Memang, setiap hari ia mendapatkan untung yang cukup banyak, namun setiap hari ia juga memiliki pengeluaran yang juga banyak, bahkan tampaknya lebih banyak. Tokonya cukup besar, namun dianggap masih dapat dikelola sendiri. Ia dibantu oleh beberapa karyawan, namun semua pengeluaran dan pemasukan keuangan ia yang mengaturnya. Di sinilah letak permasalahannya, yaitu karena ia tidak memiliki pembukuan dan catatan pengeluaran yang jelas dan terencana. Apabila anaknya pulang sekolah dan mampir di toko, maka si bapak akan membayar ongkos Bajai dari uang toko,  tanpa mencatatnya. Ketika istrinya datang meminta sejumlah uang untuk membeli keperluan rumah tangga, pria tersebut juga akan memberikannya dari uang toko, tanpa mencatatnya. De-mikian pula dengan banyak hal pengeluaran lainnya. Ia memang selalu mencatat jumlah pema-sukan, namun ia sangat jarang mencatat pengeluaran. Pantaslah, apabila pada setiap akhir bulan, ia selalu kebingungan. Di akhir pembicaraan, Sang Pendeta memberikan ‘pelajaran singkat’ yang sangat sederhana bagai-mana membuat catatan pemasuk-an dan pengeluaran keuangan sekaligus bagaimana membuat perencanaan penggunaan ke-uangan. Mendengar hal itu, ang-gota gereja tersebut meng-angguk-angguk tanda mengerti dan akhirnya pulang dengan tersenyum gembira. Baginya sekarang sudah menjadi jelas bahwa manajemen keuangan dapat mengalahkan tuyul dan belalang pelahap. 

2.Bentuk-bentuk pengeluaran keluarga
Dalam keluarga Kristen, biasanya pengeluaran keuangan dibagi ke dalam beberapa kategori, antara lain: (1) pengeluaran rutin; (2) pengeluaran tak terduga; (3) pengeluaran untuk meningkatkan kualitas perlengkapan hidup; (4) pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan gerejawi dan kegiatan kerohanian; dan (5) pengeluaran sebagai tabungan. Secara prinsipil, semua pengeluaran ini merupakan satu paket, artinya semuanya merupakan satu kesatuan. Pengeluaran harus disesuaikan dengan pemasukan. Sebagaimana pengeluaran dilakukan secara bersama-sama, maka pemasukan juga harus dipikirkan dan dipenuhi secara bersama-sama. Namun, kita tidak boleh terjebak ke dalam angka-angka, karena nilai produksi suami dengan nilai produksi isteri dan anak dapat berbeda kuantitas atau nominalnya.
Siapakah yang harus memegang kendali keuangan keluarga? Tidak harus salah satu suami atau isteri, namun sebaiknya diputuskan secara bersama-sama, sekalipun sebaiknya ada semacam ‘kasir’ atau ‘bendahara keluarga’. Selain ‘keuangan bersama’ seharusnya ada juga ‘keuangan pribadi’ dari setiap anggota keluarga. Selain kebutuhan bersama dalam setiap keluarga, tidak boleh dilupakan adanya kebutuhan yang bersifat pribadi dari setiap anggotanya. Memang kebutuhan bersama keluarga adalah lebih penting dan harus selalu diprioritaskan daripada kebutuhan pribadi. Namun, bukan berarti kebutuhan pribadi tidak penting untuk diperhatikan. Setiap anggota keluarga, suami, isteri dan anak-anak, memiliki kebutuhannya masing-masing, yang dapat berbeda. Pemahaman mereka tentang penggunaan uang juga dapat berbeda, misalnya tentang perlunya memberi sedekah kepada pengemis atau jumlah persembahan dan perlu atau tidaknya memberikan persepuluhan secara rutin.v

*Penulis adalah Pendiri Sekolah Pengkhotbah Modern (SPM), Ketua STT Lintas Budaya, dan Gembala Sidang Jakarta Breakthrough Community (JBC)